Amburadulnya
pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) 2013 dan porak porandanya Ujian Nasional
(UN) 2013 serta kalah di Mahkamah Konstitusi (MK) dalam kasus RSBI
tampaknya tidak menyurutkan langkah kami
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari kampus Bina Sarana Informatika untuk
memberikan Kritik dan Saran kepada Bapak Muhammad Nuh selaku Menteri Pendidikan
agar segera membenahi atau menghapus sistem Ujian Nasional.
Meski banyak sudah menunjukkan tidak ada manfaatnya UN
kecuali hanya proyek saja, namun Kemendikbud tetap saja bersikukuh melaksanakan
UN dengan alasan untuk standarisasi tetapi tidak memiliki kemauan memenuhi 8
standar pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundangan.
Hal ini tentu menjadi perhatian serius buat kami Mahasiswa,
sebab kami tidak ingin adik-adik kami maupun generasi penerus kami menjadi korban dari sistem UN yang sekarang. Kami
juga menginginkan UN tidak lagi menjadi tolak ukur tetapi jadi tujuan.
“Pihak Kemendikbud dalam berbagai kesempatan selalu
bilang sudah ada penelitian bahwa UN membuat siswa lebih rajin belajar, guru
lebih rajin mengajar, dll. Ya memang, dari penelitian itu kita bisa lihat bahwa
siswa dan guru jadi lebih giat mempersiapkan lulus UN. Yang namanya ujian ya
pasti dipersiapkan. Makanya nilai UN makin lama makin tinggi. Tapi kenapa ya,
kok diberbagai pemetaan global kita tetap setia menemani Ghana dibagian
terbawah?”. “Itu kan sama aja pemerintah bilang, lihat nih anak-anak kita jadi
semakin giat belajar menaiki kuda mati. Terus minta kita jadi kagum gitu?”,
ujar Fahriza, Wakil Sekjen FSGI (Forum Serikat Guru Indonesia).
0 komentar:
Posting Komentar